Dukun di Masa Nabi Musa
Pada
zaman Fir'aun misalnya. la melibatkan para dukun untuk menopang
kelanggengan kekuasaannya. Fir'aun telah menjadikan para dukun ternama
dan terhebat sebagai penasihat spiritualnya. Fir'aun dibuat kalang-kabut
saat para dukun menafsirkan isi mimpinya.
Ibnu
Abbas berkata, "Setelah Fir'aun bermimpi, pada pagi harinya Fir'aun
mengumpulkan dukun-dukunnya. (Setelah mendengar isi mimpi Fir'aun), para
dukun itu mengatakan, 'Pada tahun ini akan lahir seorang anak
laki-laki, ia kelak akan menggulingkan kekuasaanmu”. Serta merta Fir'aun
memutuskan bahwa setiap seribu wanita, harus dijaga seratus tentara.
Setiap ada seratus wanita, dijaga sepuluh tentara. Setiap ada sepuluh
wanita, harus dijaga seorang tentara. Lalu ia memerintahkan, 'Perhatikan
dengan seksama setiap wanita hamil di wilayah ini. Apabila telah
melahirkan, lihatlah. Kalau bayinya laki-laki, maka sembelihlah. Dan
kalau bayinya perempuan, maka biarkanlah. (Tafsir Jami'ul Bayan: 1/272).
Saat
menghadapi Nabi Musa, Fir'aun mengerahkan semua dukun dan tukang
sihirnya. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, jumlah dukun dan tukang
sihir waktu itu mencapai 80.000 personil.
Jumlah
yang sangat banyak itu dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing
kelompok dipimpin dukun dan tukang sihir terhebat. Yaitu, Sabur, Adzur,
Hath dan Mushaffa. Sungguh merupakan jumlah yang sangat banyak. Tapi
dukun yang dimiliki Raja Persia lebih banyak lagi. Jumlahnya mencapai
360 orang. Itulah sebagian cara mereka untuk melanggengkan kekuasannya.
Dukun di Masa Nabi Yusuf
Begitu
juga raja yang memerintah pada zaman Nabi Yusuf. la menjadikan para
dukun sebagai rujukan utama dalam menghadapi berbagai problema. Hanya
saja para dukun raja waktu itu tidak mampu menafsirkan mimpi sang raja,
saat ia bermimpi dengan mimpi yang cukup aneh (Lihat QS. Yusuf: 43-49).
Mereka menganggap isi mimpi raja sangat ruwet untuk ditafsirkan, dan ada
juga yang mengatakan bahwa mimpi sang raja hanyalah bunga tidur atau
mimpi kosong tak punya arti. Akhirnya Nabi Yusuf-lah yang bisa
menafsirkan mimpi sang raja itu.
Raja
yang memerintah pada zaman Nabi Yusuf pada suatu malam bermimpi. Lalu
ia mengumpulkan para dukun dan peramal, dan para pejabat teras kerajaan
serta para pembesar. Lalu sang raja menceritakan mimpinya, setelah itu
ia bertanya tentang arti mimpinya. Tapi tak satu pun yang hadir
mengetahui secara persis
arti mimpi itu. Bahkan kebanyakan mereka mengatakan bahwa itu hanyalah
mimpi yang kacau dan sulit ditafsirkan. Pada saat itulah, seorang pemuda
yang pernah satu sel dengan Nabi Yusuf ingat akan Nabi Yusuf. Padahal
sebelumnya syetan telah membuatnya lupa. Lalu ia memberitahukan kepada
sang raja bahwa ada orang yang bisa menafsiri mimpinya itu, dialah Nabi
Yusuf. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir. 2/481).
Dukun di Masa Rasulullah, Muhammad.
Fenomena
praktik perdukunan yang marak juga didapati pada masa Jahiliyyah,
sebelum Muhammad diutus sebagai Nabi dan Rasul. Imam as-Suddi berkata,
"Pada zaman Jahiliyyah banyak dukun-dukun. Apabila ada seseorang ingin
melakukan perjalanan jauh, atau menikah, atau mewujudkan keinginan
lainnya, ia mendatangi dukun. Lalu dukun itu memberinya mangkok.
Kemudian mangkok itu dipukul, apabila keluar sesuatu yang menarik, maka
ia pun meneruskan keinginannya. Tapi bila keluar sesuatu yang tidak
disukai, maka ia pun membatalkan keinginannya. (Tafsir Jami'ul Bayan : 6/ 77).
"Para
dukun banyak bertebaran di wilayah Arab, karena banyak manusia yang
berhukum ke mereka ketika ada masalah. Saat mereka punya bayi, mereka
mendatangi dukun untuk bertanya seputar masa depan sang anak. Pasar Ukazh yang terkenal saat itu banyak dipenuhi praktik perdukunan." (Lihat Kitab al-Mufashshal fi Tarikhil 'Arab Qablal Islam: 61/773).
Sebagaimana
yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya, Imam al-Khatthabi
berpendapat, "Praktik perdukunan merajalela dan menjamur di masa
Jahiliyyah - khususnya di bangsa Arab - karena terputusnya risalah
kenabian di kalangan mereka." (Fathul Bari: 10/ 217). Kalau
kita membuka sejarah perdukunan di wilayah Rasulullah dilahirkan, maka
akan kita temukan banyak nama-nama dukun yang hebat dan terkenal di
kalangan mereka. Seperti Syaq dan Suthaih, Aus bin Rabi'ah, Nufail Ibnul
'Uzza, Sawad bin Qarib ad-Dausi, Ibnu Shayyad, Urwah bin Zaid al-Azdi,
Haritsah, Juhainah dan masih banyak nama-nama lainnya. (Lihot Kitab al-Mufashshal fi Tarikhil 'Arab Qablal Islam: 6/ 360).
Dukun di Masa Sekarang
Pada
zaman kita sekarang, praktik perdukunan juga banyak. Bukan karena
terputusnya wahyu. Tetapi karena jauhnya masyarakat dari ajaran wahyu
(Al-Qur'an), serta keengganan mereka untuk mempelajari dan
mengamalkannya. Jumlah mereka jutaan, tersebar di seantero bumi
nusantara ini. Ada seorang dukun ternama yang pernah menyampaikan ke Majalah Ghoib, bahwa
Jumlah personil dukun yang bernaung dalam kelompoknya berjumlah lebih
dari 13 juta personil. Itu hanya satu paguyuban, belum lagi paguyuban
dan kelolmpok lainnya yang tidak dibawah naungannya.
Tidak
semua dukun yang membuka praktik perdukunan benar-benar seorang dukun.
Tidak semua dukun dibantu oleh jin dalam praktiknya. Tidak semua dukun
menguasai ilmu-ilmu mistik atau supranatural. Di antara mereka banyak
juga yang hanya modal nekat. Karena susah cari pekerjaan atau sulit
mencari penghasilan, akhirnya dengan intrik dan rekayasa serta trik
tersembunyi mereka membuka praktik perdukunan.
Imam al-Khatthabi mengklasifikasikan praktik perdukunan yang ada pada zaman Rasulullah menjadi empat bagian. Pertama, dukun
yang berkolaborasi dengan jin. Dalam praktiknya, dukun tersebut selalu
mendapatkan pasokan berita dari jin yang telah mencuri kabar dari
langit, ada kerjasama dan keterikatan antara keduanya. Kedua, dukun
yang terkadang saja dibantu oleh jin. Jin datang untuk mendikte dan
menyetirnya. Ketiga, dukun yang bersandar kepada tebakan, perkiraan dan
sangkaan. Keempat, dukun yang praktiknya bersandar pada pengalaman dan
kebiasaan semata. la mengaitkan masalah yang ada dengan masalah serupa
yang telah terjadi atau telah dialaminya. (Fathul Bari: 10/218).
KH.
Abdul Wachid yang pernah terjun dalam praktik perdukunan, dan sekarang
terus aktif memberantas praktik perdukunan, mendakwahi para pelaku
pedukunan yang masih aktif membuka praktik, ternyata ia menemukan
tipe-tipe dukun yang diklasifikasikan oleh Imam al-Khatthabi. Tidak
semua dukun mempunyai kekuatan mistik. Dan yang paling banyak adalah
mereka yang menggunakan intrik.
Menurut
pengalaman dan hasil survei Gus Wachid seputar praktik perdukunan yang
ada di Indonesia, dukun-dukun yang ada itu ada tiga macam.
1. Dukun yang bisa menguasai jin.
Gus
Wachid berkata, "Saya pernah seperti itu. Jin itu bisa saya perintah.
Dengan ilmu 'karamah' yang saya punya. Dengan konsentrasi penuh, kita
mendatangkannya, kemudian kita bisa memerintahnya. Tapi luar biasa
lelahnya setelah ritual itu selesai. Terkadang saya gunakan cara ini
untuk mengobati orang yang terkena jin. Jadi saya gunakan jin untuk
mengusir jin atau untuk mengetahui sebenarnya apa yang diinginkan oleh
jin yang masuk dalam jasad orang itu.
2. Dukun yang dikendalikan jin.
Kata
Gus Wachid, "Ciri kategori ini, biasanya yang bersangkutan harus
kesurupan dulu dan itu bisa dikenali dengan suaranya yang berubah. Saya
sempat akrab dengan orang-orang seperti itu. Saya pernah kemalingan,
saya berusaha mencarinya tetapi tidak ketemu. Akhirnya saya pernah minta
bantuan orang yang mempunyai kemampuan kategori kedua ini, di saat saya
kehilangan mesin ketik.
3. Dukun yang tidak bisa apa-apa.
Mereka bisanya hanya goroh, gedabrus thok (hanya penipu, pembual). Gus Wachid berkata, "Wallahi, dukun
kategori inilah yang paling banyak. Saya bisa mengetahuinya, karena
kalau ada orang yang mengaku sakti, langsung saya cek dengan kekuatan
'karamah' yang pernah saya pelajari. (Sambil membuka telapak tangan di
hadapkan ke orang yang dituju seraya baca wiridnya. Dan saya akan
merasakan seperti kesetrum jika ada isinya)".
merasakan seperti kesetrum jika ada isinya)".
Dukun kategori manapun, kita dilarang oleh Rasulullah
untuk mendatanginya, bertanya kepadanya, apalagi membenarkan apa yang
dikatakannya. Baik itu dukun mistik maupun dukun intrik. "Barangsiapa
yang mendatangi dukun atau peramal, ialu membenarkan apa yang
dikatakannya. Maka ia telah kufur terhadap apa yang telah
diturunkankepada Muhammad (al-Qur'an dan al-Hadits)." (HR. Ahmad dan
dishahihkan al-Albani).
Artikel Dari:http://www.ghoibruqyah.com/index.php/Bahasan/Bahasan-03.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar